Teh

Teh

    Cina dipercaya sebagai tempat kelahiran tanaman teh. Kaisar Shen Nung, hidup sekitar tahun 2737 SM, mempunyai kebiasaan selalu mendidihkan air sebelum diminum. Suatu hari, ketika sedang beristirahat usai berkeliling di wilayah kekuasaannya, Kaisar meminta pelayan untuk merebus air minum. Saat itu, beberapa helai daun, dari pohon yang tidak diketahui namanya, jatuh ke dalam panci perebus dan mengubah warna air menjadi kecokelatan.
    Begitu dicicipi, Kaisar merasa bahwa air yang diminumnya menjadi lebih sedap. Tubuh pun menjadi lebih segar. Berawal dari situlah, cha atau teh dalam bahasa Cina, dikenal.
    Lain di Cina, lain di Jepang. Benih teh pertama kali dibawa ke Jepang dari Cina pada abad ke-9 Masehi oleh Yeisei Myoan, seorang pendeta Budha beraliran Zen. Sebelumnya, Yeisei telah membuktikan khasiat teh yang bisa membuatnya tetap terjaga saat bermeditasi.
    Berkat dukungan dari Kaisar, kebiasaan minum teh di kalangan pendeta kemudian menyebar dari biara-biara ke seluruh penjuru negeri. Karena itu,Yeisei kemudian dikenal sebagai `Bapak Teh' di Jepang. Kebiasaan minum teh pun berkembang menjadi seni. Bahkan, ada satu upacara khusus minum teh, Cha-No-Yu.
    Di Eropa, teh pertama kali muncul tahun 1560 di Portugal melalui seorang misionaris bernama Jasper de Cruz. Setelah itu, teh menyebar ke Prancis, Belanda, dan negara-negara Baltik (Finlandia, Denmark, Belgia).
    Teh menjadi minuman populer. Jumlah teh yang diimpor mengalami peningkatan. Akibatnya, harga teh jatuh karena teh sudah dijual luas di pasaran dan tak lagi menjadi barang eksklusif.
    Sekitar tahun 1652 - 1654, teh mulai dikenal luas di Inggris, menggantikan ale (minuman fermentasi beralkohol) yang sudah turun pamornya.
Raja Charles XI yang berjasa memopulerkan teh dan menjadikannya sebagai minuman favorit para bangsawan. Penyajiannya pun makin bervariasi. Tidak hanya dihidangkan bersama gula, tapi juga ditambahkan susu.
    Kalau saja Dr. Andreas Cleyer, berkebangsaan Belanda, tidak membawa bibit tanaman Camellia sinensis untuk dijadikan tanaman hias tahun 1686, di Indonesia tidak akan ada perkebunan teh.
    Mulai tahun 1728, bibit teh dari Cina itu mulai dibudidayakan di Pulau Jawa. Usaha tersebut baru berhasil pada 1824, saat Dr. Van Siebold, yang berpengalaman meneliti teh di Jepang, mempromosikan bibit teh asal Jepang. Sedangkan perkebunan teh di Indonesia, baru dimulai tahun 1828, dipelopori oleh Jacobson.
    Teh kemudian menjadi komoditas yang menguntungkan. Sehingga, pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosch, rakyat dipaksa untuk menanam teh melalui politik tanam paksa. Sejak Indonesia merdeka, usaha perkebunan dan perdagangan ini diambil alih oleh pemerintah.

Jenis-Jenis Teh

Jenis Teh
Bentuk Teh Proses Pembuatan
Ciri Khas Seduhan
Daun panjang menggulung dengan warna putih keperakan. Dari daun muda yang dipenuhi bulu putih pendek/halus. Harus melalui proses penguapan dan pengeringan. Terkadang juga melalui proses fermentasi ringan Warna kuning pucat. Aroma teh lembut dan segar. Ada rasa manis.
Lembaran daun yang agak menggulung dengan ukuran besar dan kasar. Tidak melalui proses fermentasi, hanya dikeringan saja.Warna kuning kehijauan. Aroma agak tajam. Rasa pahit sepat.
Daun teh yang menggulung sempurna. Melalui proses fermentasi penuh mengakibatkan adanya reaksi antara daun dan oksigen. Warna merah agak pekat. Aroma tajam. Rasa pahit.
Daun panjang, kasar, dengan bentuk tidak seragam. Proses semi-fermentasi. Dihasilkan dari proses peralihan antara pengolahan teh hijau dan teh hitam. Warna cokelat kehijauan. Aroma kurang tajam. Rasa agak manis.
Berbentuk kering. Minuman yang menyerupai teh, tapi tidak terbuat dari daun teh, melainkan dari bunga, biji, daun (selain tanaman Camellia sinensis) atau akar dari beragam tanaman Warna sesuai dari bahan yang digunakan. Aroma khas bunga atau buah-buahan. Rasa sesuai dari bahan yang digunakan.

 

Saat ini belum ada rating dan review untuk resep ini.

Buat Review dan Rating Artikel Teh

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan, kolom yang harus diisi ditandai *